Allah tujuan kami
Rosulullah teladan kami
Al-Qur’an pedoman hidup kami
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan Allah adalah
Cita-cita kami tertinggi!
ALLAHU AKBAR!
Semoga tulisan ini menjadi penyejuk di tengah keringnya semangat. Semoga tulisan ini bisa menjadi air di tengah hausnya kerongkongan iman. Aku bersaksi bahwa tiada Illah yang pantas di sembah kecuali Allah, dan Nabi Muhammad itu Rosul Allah.
Impian kecil ini bermula sejak masa putih abu-abuku. Masa yang sangat indah dalam hidupku. Masa dimana aku berkenalan dengan tarbiyah dan masa dimana aku jatuh cinta dengan organisasi. Masa SMA.
Ada kelabu di hatiku. Ntah bagaimana ku menjelaskannya. Tapi, aku ingin mengurai benang kusut ini menjadi sedikit lebih rapi. Agar jelas yang mana ujung dan mana pangkal. Agar aku pun bisa menjadi lebih dewasa dengan kesabaran.
Petikan lagu Bingkai Kehidupan ini seringku nyanyikan bersama sahabat akhwatku semasa SMA. Lagu yang membangkitkan gelora keimanan, membangkitkan semangat perjuangan, dan membangkitkan mata dari rasa ngantuk. Hee..
Saat itu bukan putih abu-abu, melainkan cokelat-hitam, baju Sabtu-ku. Baju kebesaran SMA 6 tercinta. Di bawah terik matahari siang menuju sore, di bawah beringin tua, angin berhembus menyejukkan aurat yang tertutup. Membelai jemari rambut-rambut akar yang menggantung dengan lembutnya. Di atas dahan pohon, di balik juntaian akar-akar menggantung itu. Dua orang jilbaber cokelat-hitam asyik berduaan. Itu aku dan sahabatku, Chicha.
![]() |
Voe, S.Psi, P.Hd... |
Kami memang menunggu sore, menanti satu persatu siswa itu pulang ke rumahnya. Mengalirlah banyak cerita dari mulut kami berdua. Mengenai mimpi dan cita-cita. Berubah menjadi ambisi dan kepatutan yang mesti terbalaskan. Kupegang HP pinjaman dari saudari perempuanku. Berharap bisa mengabadikan moment indah dalam hidupku dengan kamera 1,3 Mpnya.
Kutulis namaku di pohon besar itu dengan spidol, begitu juga dengan sahabatku. Nama yang lengkap dengan gelarnya. Banyak gelar, namun sukses dunia akhirat, begitu harapku ketika itu. Ah, jadi rindu, apakah nama itu masih ada di pohon besar itu?
Usai menulis nama dan impian kami. Waktu yang dinanti tiba, waktu sore yang sepi. Sangat sepi, hanya ada aku dan Chicha. Tak ada manusia yang lain. Aku dan dia menuruni pohon beringin itu berlari menuju lapangan basket dan duduk di dinding tempat duduk penonton tepatnya di depan sebuah lambang. Kami peluk dinding bergambar itu dan santai di depannya. Setelah kami pastikan tak ada orang, kami pun berfoto tepat di depan lambang itu.
Aneh.
Aku dan Chicha memvisualkan impian kami. Aku ingin organisasi dengan lambang itu menjadi organisasi pertamaku saat menjadi mahasiswa nanti. Yah, tinggal hitungan bulan lagi, aku resmi menjadi mahasiswa. Aku dan Chicha berpandangan, mengepalkan tangan dan teriak, “KAMMI!!! WAIT ME!!”
![]() |
....Kelas XII SMA 6 Bengkulu... |
Aku ingin menangis kalau ingat masa itu. Dimana rasa cinta pertama untuk KAMMI itu tumbuh. Ntah bagaimana awalnya aku mengenal KAMMI. Yang aku tahu dulunya, KAMMI adalah organisasi mahasiswa-mahasiswa tangguh nan soleh yang menyuarakan kebenaran dan kebaikan. Yah, seperti rohisku, mungkin begitulah pikirku. Yang jelas, rasa ingin menjadi anggota KAMMI mencuat sangat tinggi.
![]() |
Album 1: Dulu hobbi edit foto. So, ne foto pas baru2 masuk KAMMI |
![]() |
Album 2. Ini editan yang ke.2.. Menggapai impian nih tema-nya |
![]() |
Prajurit Ibtasiim Al-Fatih |
Allah tujuan KAMMI
Rosulullah teladan KAMMI
Al-Qur’an pedoman hidup KAMMI
Jihad adalah jalan juang KAMMI
Mati di jalan Allah adalah
Cita-cita KAMMI tertinggi!
ALLAHU AKBAR!
Kembali, lagu yang membakar semangat ini kami nyanyikan. Kali ini bukan dengan teman-teman Rohisku. Melainkan dengan sahabat baruku, sahabat yang akan menemani perjuangan dakwahku selama aku duduk menjadi mahasiswa di kampus Biru.
Desember 2009, di sela-sela lagu itu, air mataku tanpa kompromi keluar haru. Bangga. Senang sekali rasanya bisa berdiri di ruangan kecil itu dan menyanyikan lagu yang luar biasa ini. Yang membuatku sangat bersyukur lagi adalah aku bisa ikut DM KAMMI. Impianku beberapa bulan yang lalu terwujud. Begitu juga dengan Chicha. Walau kami tak satu kampus. Tapi, kami berhasil mewujudkan impian kami. Menjadi anak KAMMI.
![]() |
Akhwat Al-Fatih (DM1, Desember 2009) |
Al-Fatih telah mengantarkanku berkenalan dengan orang-orang hebat di kampusku. Dan benar. Al-Fatih telah melahirkan orang-orang hebat. Di Al-Fatih pula aku mengenal politik Islam. Politik yang di ajarkan oleh Rasulullah. Al-Fatih menjadi penyeimbang mata kuliah Dasar-Dasar Politik-ku yang hancur nilainya dan Sistem Politik Indonesia-ku yang kuwanti-wanti nilainya. Al-Fatih.
Seiring berjalan waktu. Aku mulai mengenal Al-Fatih. Al-Fatih tak punya rumah (baca: komsat). Sedih? Banget lah! Ababil dan Tepi Barat punya. Sedangkan Al-Fatih? Ah, pernah aku merasa di anak tirikan. Namun, tanpa melupakan Al-Fatih aku sering main ke KAMMDA. Nah di KAMMDA lah aku banyak dapat kakak. Mereka mencintai karena Allah dan aku pun turut andil bersama mereka. Sering. Sering sekali aku main ke KAMMDA hanya sekedar untuk silaturahmi.
Yah, motivasiku untuk membangkitkan Al-Fatih sekaligus mencapai titik tertinggi, AB3 kembali bergelora. SEMANGKIT!
Allahu ghaayatunaa
Ar-Rasuulu qudwatunaa
Al-Qur'aanu dusturunaa
Al-Jihadu sabiiluna
Al-Mautu fii sabilillah
Asma amaanina
Berjalannya waktu, aku mulai jenuh. Aku tak berkontribusi di Al-Fatih. Al-Fatih seakan dilupakan dan resmi menjadi organisasi hantu, kadang ada kadang menghilang. Bahkan, sering ada niatan untuk KELUAR dari AL-FATIH. Sungguh tak ingin hanya sekedar menyandang nama sebagai anak Al-Fatih namun tak memberi apa-apa. MALU!
Dari 10 orang akhwat yang menyanyikan lagu Bingkai Kehidupan, kurang dari setengahnya masih mengakui dirinya sebagai akhwat Al-Fatih. Selebihnya, MUNTABER. Aku mengerti. Sangat mengerti. Kami tak diperdayakan di Al-Fatih. Kami sudah mencapai titik puncak kejenuhan. Jika bukan karena sering main ke KAMMDA, mungkin aku juga akan sama seperti sahabatku yang lainnya. JENUH!
1 tahun 6 bulan.
Kami diberi kuosioner akreditasi DM2. Sungguh, aku miris tapi ingin ketawa. LUCU saja kedengarannya. DM 2? AB 1 aja belom, eh dah mau DM 2? MIMPI kali! Eizz, tapi, ah entahlah. Aku berharap tak lulus akreditasi, bahkan kebanyakan kuisi apa adanya tanpa usaha dan seakan iseng belaka. Di kertas itu aku mengaku punya pacar, dan hanya 3 point soal essai yang ku jawab.
Belum lagi aku sempat dijadikan biang “provokator” oleh seorang petinggi KAMMDA, karena SMS-ku yang menyarankan untuk bersatunya Komisariat Unib.
.:: Mengapa negara Islam di Timur Tengah tidak bisa berbuat apa-apa untuk Palestina?
Itu karena mereka ber.7, coba mereka ber.1. Pasti mereka bisa menolong Palestina.
Mengapa KAMMI di Unib tidak begitu aktif?
Mungkin karena KAMMI ber.3, coba KAMMI di UNIB komsatnya ber.1, mungkin KAMMI akan sangat aktif ::.
......... Aku ditegur habis-habisan besoknya.
Berbeda dengan kondisiku, Chicha sangat aktif di KAMMI dan BEM di Kampusnya. Bahkan, sekarang sohibku yang satu itu telah mencapai puncak prestasinya, dengan jabatannya sebagai ketua PEMMUS KAMMDA. Koordinator dari seluruh akhwat KAMMI di provinsi Bengkulu. Beeeh, Subhanallah.
Aku memutuskan untuk me-NONAKTIFKAN diri di KAMMI. Toh, aku juga sudah mulai cuek dengan KAMMI. Ada nggak adanya aku, toh semuanya juga sama aja. Aarrrgh...
Namun, entah mengapa malam ini ada yang berbeda. Mimpiku malam tadi berasa sangat nyata. Bahkan aku mengira aku kena Dejafu. Aku merindukan mbak-mbakku di KAMMI. Hiks... Aiiih,,... Ku tanya hatiku. Dan jujur kukatakan, “AKU MASIH MENCINTAI KAMMI”.
![]() |
Gue Voe, Akhwat Al-Fatih. Gue sang PENAKLUK! |
Voe Al-Fatih
Apapun yang terjadi, Bekerjalah....! Ana pun demikian merasa jenuh dan bosan. entah kemana arah kaki akan melangkah...! berjuang di jalan masing-masing...!
BalasHapusSubhanallah...mengharukan,
BalasHapusane jadi miris bacanya,
nancep euy!! hihih (malu)... :"
esegedeh, eksis kak voe ! :D
BalasHapus