“Assalamu’alaykum Wr. Wb. Nama saya Hajjah Voettie.” Salamku
sebagai pengantar pertanyaan yang akan kulayangkan pada seorang Ustad yang
selama ini hanya kulihat dari layar kaca.
“Wa’alaykumusalam. Masya Allah… ini belajar ini!!!!” Serunya
menjawab salamku. Aku tersenyum. Sebenarnya, aku memakai kata ‘Hajjah’ di depan
namaku adalah sebab musebab sebuah ‘doa’ yang menjadi dream yang terucap dan
dream yang tertulis, yang merupakan tema dari pengajian kali ini. Pengajian yang dilaksanakan oleh Humairo, Jogja.
![]() |
Brosur Pengajian Humairo Jogja 2-5-2015 |
Jujur… sebenarnya aku malu terbuka seperti ini. Karena,
walaupun dulunya sering menjadi orang ‘panggung’ tapi tak pernah mau aku
membicarakan tentang namaku. Apalagi ‘sok curhat’ seperti itu, tapi di awal
pengajian ini. Ustad Yusuf Mansur sempat menceritakan tentang namanya yang
sebenarnya ialah Jam’annur Khotin Mansur yang berarti kumpulan cahaya-cahaya
penyampai dakwah dan Mansur yang berasal dari kata Mansuro. Sejak hari itu,
Ustad YM ini akhirnya mengklaim akan kembali ke nama aslinya.
Ia pula bercerita bagaimana masa kecilnya, ibunya selalu
mengingatkan dia perihal makna dari namanya. “Dream yang terucap dan dream yang
tertulis.” Begitulah katanya. Akhirnya, hari itu di tanah Jogja, aku pun
menceritakan sepotong rasaku akan nama yang diberi orang tuaku.
Sungguh aku sangat mensyukuri nama ini. Aku pun melanjutkan,
“Saya… saya sebenarnya nge-fans sama beliau.” Aku menunjuk istri ustad YM yang
duduk cantik berbalut baju hijau toska persis di samping Ustad. “Bahkan, kalau
diizinkan saya ingin memeluknya.” Ustad YM menampakkan ekspresi yang kaget.
Memang ada yang berbeda dari kedatangan Ustad Yusuf Mansur.
Kali ini, ustad Yusuf Mansur datang bersama istri. Istrinya bukan sebagai
penonton. Tapi, ikut serta menjadi pembicara, bahkan duduk di sampingnya ustad
Yusuf Mansur. Adem liatnya. Haru sekali.
“Memeluk siapa?” Tanya ustad YM. Ekspresinya kaget.
“Mbak Mae… istri ustad.” Jawabku.
“Ya… monggo… silahkan…” Kata Ustad YM. Aku tidak
menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku maju ke depan, mba Mae berdiri menyambutku, aku
memeluk beliau dan beliau memeluk ku. Lama. Aku menikmatinya. Aku menikmati
moment memeluk seseorang yang selama ini membuatku penasaran. Sangat penasaran.
![]() |
Moment saya dan Mbak Mae (doc. Mba Prima) |
Ketika orang-orang membicarakan kegemilangan Mario Teguh,
aku mencari tahu perihal istri beliau (Ibu Lina). Hingga akhirnya aku tahu
bagaimana Ibu Lina, seorang yang berpendidikan tinggi dan telah mapan di
Amerika memilih hidup dengan seorang pria yang sangat dia yakini bahwa nanti
pria itu akan sukses bersamanya.
Ketika orang-orang membicarakan kesuksesan Ustad Yusuf Mansur,
aku mencari tahu tentang istri beliau (Mbak Mae). Hingga akhirnya aku tahu
bagaimana Mbak Mae bisa menikah di usia 14 tahun dan dapat melewati semua ujian
demi ujian yang Allah SWT berikan di awal-awal pernikahan mereka.
Dan ketika semua muslim mengagung-agungkan Nabi Muhammad
SAW, istri beliau, Sayidatina Khadijah ra., membuatku GILA akan prestasinya
dalam membersamai Rasul mulia itu. Kedewasaan, kedermawanan, dan kejernihan
pemikiran beliau benar-benar membuatku rindu-serindu rindunya ingin berjumpa.
Aku mencintai tiap-tiap moment romantis istri mereka ketika
bersama orang-orang hebat ini. Bahkan, ketika ikut seminar yang diisi oleh
pengusaha-pengusaha hebat, yang membuatku penasaran justru istri dan ibu
pengusaha-pengusaha hebat tersebut. Karena bagiku, kedua sosok inilah yang
membuat mereka menjadi hebat dan luar biasa.
Aku melepas pelukanku, sungguh… tak ku cium sedikit pun aroma
farfum di tubuhnya Mba Mae. Beliau sangat bersih dan cantik. Aku pun berbisik
padanya, “Mbak… tolong do’akan saya.”
Mbak Mae mengatakan sesuatu, tapi aku lupa apa yang ia
katakan. Maklum…
Aku melanjutkan pertanyaanku, “Saya senang membaca tulisan
ustad dan mengikuti website yang ustad tulis. Saya bahkan sudah membaca kisah
ustad bersama istri, juga kisah tentang tempat tidur yang berderit.”
“Masya Allah…” Ustad Yusuf berseru. Matanya berkaca-kaca.
“Saya juga pernah menonton ceramah ustad di Youtube. Ketika
itu bersama istri. Mbak Mae sedang mengendong dedek yang paling kecil sambil
menceritakan hutang Ustad yang sangat banyak, kalau tidak salah saya lebih dari
2 M.”
“Jangan bukak kartu dong.” Sambung Ustad Yusuf Mansur. “Eh
tapi ga pa pa.. lanjut aja.”
“Yang ingin saya tanyakan… bagaimana Mbak bisa kuat dalam
menghadapi ujian itu. Apalagi ketika sadar bahwa suami yang menikahi mbak
adalah orang yang banyak hutang. Saya tahu ketika itu umurnya Mbak masih 14
tahun, ya Allah mbaak… itu saya baru baligh kerjanya banyak main, tapi mbak
sudah di uji seperti itu. Saya minta ceritanya mbak. Karena, kami di sini, yang
belum menikah ini, bisa mempersiapkan diri tatkala nanti Allah SWT beri suami
yang mungkin suatu saat diuji dengan hutang. Terima kasih Mbak.”
“Ya… Hajjah Voettie Wisataone…” Kata Ustad Yusuf.
“Ya ustad.. Insya Allah… wisatanya nanti, pas di Surga…”
Kataku sambil meletakkan microfon di atas meja pembicara hebat ini.
Bagaimana jawaban Mbak Mae???
“Saya tidak pernah menyangka akan diberi suami ustad.
Apalagi hutangnya banyak.” Katanya sambil tersipu. “Waktu itu, yaa… kami
berusaha untuk menghadapinya, jangan lari. Hadapi sama-sama. Setiap tahun
ditargetkan kalau hutang kita akan lunas. Kalau tahun ini belum terwujud
artinya tahun depannya lagi. Alhamdulillah sampai akhirnya hutang lunas.”
Jawaban yang indah ini akhirnya keluar dari lisan beliau, “Ketika
suami berjuang mencari nafkah, maka tugas kita sebagai istri adalah berdo’a
(berjuang) di atas sejadah. Mendo’akan kemudahan dan keberkahan akan
rezeki-rezeki yang akan diberikan melalui perantara suami.” Ya Robb,
kawan…
adakah yang lebih romantis dari ini? Adakah yang lebih romatis dibandingkan
kerjasama suami-istri yang tepat dalam penggunaannya? Suami berjuang di
lapangan dan istri berjuang di atas sajadah. Masya Allah.. mabruuk.
“Dulu belum ada seminar-seminar pra nikah atau parenting
seperti saat ini. Ya… jadi semua dijalani saja. Dinikmati.” Tambah beliau. Ahk,
malu rasanya… hehe… sejak di Jogja, aku sangat kegirangan ikut seminar pra
nikah dan parenting. Mempersiapkan bekal berupa ilmu bagiku sangat penting. Tapi
sampai sekarang, di umur yang menjelang 24 tahun ini belum juga action. Aaahh…
hehe…
“Sebelum menikah, saya berdo’a agar Allah memberikan suami yang soleh.” Katanya.
Ustad Yusuf menambahkan, “Dulu, sebelum saya menikah, saya
minta sama Allah agar diberikan seorang istri yang terjaga, belum pernah
menyentuh dan disentuh lelaki manapun yang bukan mahromnya. Alhamdulillah…
Allah kabulkan. Bahkan… gini ya… istri saya baru berani lihat muka saya secara
langsung itu 6 bulan setelah nikah. Ya gak Ma?”
“Iya.. saya baru berani lihat setelah 6 bulan.
Alhamdulillah… tidak mengecewakan.” Jawab Mbak Mae. Ustad Yusuf terperangah,
aku melihatnya berkomat-kamit berdo’a dan bersyukur atas jawaban istrinya.
“Saya bersyukur menikah dengan ustad. Karena… kalau tidak,
mungkin saya tidak jadi begini.” Katanya rendah hati.
“Saya… saya yang bersyukur menikah dengan beliau. Karena
kesabaran dan ketenangan beliaulah yang bikin saya begini.” Ustad Yusuf
menyambung.
Hari itu… aku melihat keluarga surga. Suami istri yang
saling memuji karena rasa cinta dan sayang. Suami istri yang penuh keberkahan.
Keluarga ini mengingatkanku pada keluarganya Rasulullah SAW., dimana beliau
selalu memuji-muji Khadijah ra., bahkan sekalipun istrinya tersebut telah
tiada. Syukurku pada Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan untuk melihat
fenomena indah ini. Fenomena yang mungkin sangat langkah ditengah banyaknya
suami istri yang saling menyalahkan satu sama lain.
“Ya begitu ya… terima kasih… Hajjah Voettie Wisataone.”
Tutup ustad YM. Masya Allah… beliau menyebut namaku dengan benar dan lengkap!!
Siph… Do’a orang soleh.. semoga terkabul dan makbul. Aamiin… Laa baikallahuma
la baik…
Allohuma Sholli ‘Ala Saydina Muhammad…
“Ya Allah SAW., Robb yang menciptakan manusia berpasang-pasangan. Pasangkanlah kami pada hamba-Mu yang semangat memenuhi dadanya dengan keimanan dan keilmuan. Pasangkanlah kami pada hamba-Mu yang akan menggenggam tangan kami berjalan menuju surga-Mu.”
" Ya Allah... berilah kesempatan dan ridho-Mu pada kami agar dapat ziarah ke Mekkah dan Madinah. Menunaikan Ibadah Haji dan umroh, agar bertambahlah rasa cinta dan keimanan kami pada-Mu."
----
Tulisan ini kupersembahkan untuk sahabat Rozul-ku,
Akhwat-akhwat tangguh Brigade 09 yang satu persatu mulai
ikhtiar,
Dan semua akhwat di Bumi Indonesia.
Ditulis oleh ; Voettie Wisataone (Khadijah lover)
----
Dari Annida Islamic Boarding House
Jum’at, 15-5-2015. 9:28 pm.
Mengenang moment di 2-5-2015,
Saat menghadiri seminar Ustad YM dan Istri,
Di Masjid Nurul Ashri, Deresan, Jogjakarta
Voe Nahl
Belajar dari Khadijah
masya Allah, tulisanmu membuatku nangis bombay mbk,,, entahlah tak tau mengapa....
BalasHapussalam rindu untukmu mbk voe
by shita :)
masha Allah..inspiratif :) keep istiqomah ya shalihah ^^
BalasHapusMasya Allah... Voe!!! You make me cry! Insya Allah ya Voe, segera. Taun ini kan ya? Hhehe...
BalasHapusBaru liat blog mu langsung jatuh hati pengen baca2 yg lain juga. Mohon ijin kakaaaa....
-ngapakers Annida- ^_^