Kejadian Januari 2015 lalu tak bisa terlupa begitu saja.
Kejadian dimana aku beserta temanku mengalami tabrakan di Pacitan. Aku terbang
hingga beberapa meter dari kejadian, aku merasakan kepala, badan, dan kakiku
membentur aspal. Hingga detik ini pun aku masih bisa mengingat tulangku beradu
kencang, dan berbunyi.
Ini kali ketiga aku terjatuh dari motor, setiap kali jatuh
aku masih bisa bangkit dan berjalan (atas izin Allah). Namun, kali ini aku
telah mencoba sekuat yang kubisa, sambil mencari teman yang memboncengku.
Kepalaku cuma mampu mendongak sedikit, lalu badanku benar-benar tak bisa
digerakkan lagi. Aku beristighfar. Badanku ngilu, tulangku sakit. Allahu…
Temanku dan beberapa warga membantu berdiri, tapi badanku
terlalu berat. Kali ini dia tak mau menerima responku. Kata warga aku pingsan. Tapi,
sebenarnya aku masih mampu mendengar apa yang mereka bicarakan. Hanya saja
badanku memang tak bisa merespon.
Kami di bawa ke klinik terdekat dari lokasi kejadian. Kami
bertiga masuk di ruang terpisah dan langsung mendapat penanganan dari perawat
dan dokter. Dokter memeriksa tubuhku mulai dari ujung kaki sampai kepala.
Sejauh itu, aku hanya mampu menggerakkan kedua tangan dan kaki kiri. Kaki kanan,
panggul, tulang punggung, dan leher sama sekali tak bisa digerakkan. Khawatir
mengalami patah tulang, aku bersama temanku yang mengalami pendarahaan kaki
kanan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, yaitu RS. Wonogiri Jawa Timur.
Kami berdua di rotgen. Pertama temanku, kaki bagian paha
kanan atas patah dan pembuluh darahnya putus, itulah yang menyebabkan kakinya
tak berhenti mengeluarkan darah. Qodarullah, beliau harus dioperasi malam itu
juga, karena mengalami patah tulang yang parah.
Selanjutnya, aku di rotgen sebanyak tiga kali. Bagian kaki
kanan, panggul dan pinggang. Alhamdulillah, syukur tak henti terucap. Aku sama
sekali tidak mengalami patah ataupun retak tulang. Hasil rotgen menunjukkan aku
baik-baik saja, cuma mungkin shock akibat benturan, tubuhku belum bisa
digerakkan.
Malamnya temanku di operasi, aku masih terbaring sambil
belajar menggerakkan kaki dan kepala. Di pembaringan aku ingat akan
kebaikan-kebaikan Allah padaku. Aku menangis. Beberapa jam sebelum kejadian, sekitar
pukul 03.00 WIB dini hari waktu Jogja, usai melaksanakan sholat, aku membuka
mushafku. Membaca seayat demi seayat hingga tuntas 1 juz dan melapor ke admin
grub ODOJ 191.
Setelah itu, adzan subuh berkumandang dan aku melanjutkan
sholat subuh. Aku memohon dan meminta keselamatan untuk perjalanan kami pagi
itu. Lalu berpamitan lewat SMS dengan orangtuaku yang berada di Bengkulu.
Maka… Nikmat Tuhan-mu yang mana yang kau dustakan? (QS. 55:55)
Allah SWT meringankan lukaku, besoknya, aku mulai latihan
berjalan walau tertatih… Tulang panggul bergeser sedikit, di bagian lutut memar
tulang. Aku diurut hingga tiga kali. Alhamdulillah… walau kadang masih
merasakan ngilu di daerah lutut, aku sudah sembuh.
Peristiwa itu memberikan pelajaran berharga untukku. Betapa
mewaqafkan waktu untuk Allah, takkan Ia sia-siakan kita dan hari-hari kita.
Voe Nahl Belajar dari Khadijah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas silaturahminya.
Tolong tinggalkan jejak Anda. Salam Ukhuwah. ^.~