Hidup adalah jual beli, maka jadikan Allah sebagai mitra bisnis, kemudian jadilah entrepreneur sejati. Hidup hanya sekali dan mesti manfaat!! Selamat datang di Blognya si Voe. ^_^ Salam ukhuwah.

Minggu, 02 November 2014

Kamu, Aku dalam Prasangka

MC yang memandu acara berkata, "Salah satu peserta ada yang posisi duduknya begini." Dia mempraktekkan posisi duduk santai, bersandar, mengapit tangan di dada, lalu perlahan-lahan seakan mengelap muka, lebih tepatnya mengelap air liur yang mungkin saja menetes. "Itu menurut ilmu psikologi tiga menandakan tiga hal." Sambil mengangkat tangan dengan tiga jarinya.

Aku memperhatikannya seksama, tersadar akulah orang yang dia bicarakan. Posisi dudukku yang pojok belakang memang paling enak dibuat dengan posisi santai. Apalagi ada dinding penyangga yang posisinya benar-benar pas untuk rebahan sedikit.

"Pertama, orang tersebut tidak bahagia. Kedua, orang tersebut tertekan. Ketiga, orang tersebut pikirannya sedang berada dimana-mana. Ya mungkin sedang memikirkan hutang... atau apaa..." Dia mengangkat tangannya sambil tersenyum. Senyumnya itu... Hey!! Aku tahu maksud senyummu, batinku dalam hati.


Aku menulis di buku noteku, "PSIKOLOGI adalah ILMU PRASANGKA". Aku tahu aku mungkin salah menafsirkan. Tapi, siapa suruh dia bawa-bawa ilmu Psikologi sebagai dalilnya untuk menegurku. Aku tersenyum saja. Berhuznudzon bahwa yang dia tegur bukan aku. Tapi... siapa? Aku memperhatikan semua peserta. Peserta yang lain duduk siap, mata tajam, dan tak ada yang berpola seperti MC tadi contohkan. Ya!! Tak salah lagi... Aku lah orang yang dia katakan.

Aku menunduk sejenak... Kuingat kembali perangaiku di materi motivasi tadi. Ah.. iya... aku sadar aku menyandarkan badanku ke dinding, karena dari sudut itulah aku bisa melihat wajah motivator yang sibuk bercuap ria, sedang aku adalah orang visual. Terkadang memang aku harus melihat lawan bicaraku untuk mengerti maksudnya.

Aku juga ingat sedari tadi sering mengernyitkan mata agar fokus. Mataku memang tak besar, apalagi jika difokuskan pada layar dengan tulisan kecil di depan, semakin sipit malah terkesan tertutup. Aku tak berkaca mata, bertubuh pendek dan duduk di belakang, dengan membuat mataku begitu, setidaknya aku dapat membaca apa yang disampaikan sang motivator.

Mengelap liur? Oh tidak?! Aku juga terdasar, beberapa kali aku menyembunyikan wajahku di balik ularan jilbabku, karena tak ingin ketahuan menteskan air mata ketika menoton potongan film motivasi. Sesekali memang aku mengelap mataku, untuk memastikan bahwa tak adalagi air mata yang menetes lebih banyak.

"Silahkan yang ada masalah... mungkin ada yang mau curhat?" Dia bertanya seakan memancingku untuk bicara. Ahk, sudahlah, aku sekarang sedang belajar menahan diri. Tak mau adu argument, tak mau berdebat, tak mau pula memperpanjang masalah. Sudah cukup peristiwa-peristiwa lama terjadi dan menimbulkan kesan yang tak baik, sebab aku  memang terkadang sulit mengontrol intonasi suara.

Sudahlah...
Ah, apakah kali ini aku sudah jatu dalam prasangka? Untuk pertemuan pertama kita, biarlah kau anggap aku peserta 'bermasalah'. Karena nanti biarlah waktu yang akan menguaknya. Insha Allah...

Voe Nahl Belajar dari Khadijah

1 komentar:

Terima kasih atas silaturahminya.
Tolong tinggalkan jejak Anda. Salam Ukhuwah. ^.~