Hidup adalah jual beli, maka jadikan Allah sebagai mitra bisnis, kemudian jadilah entrepreneur sejati. Hidup hanya sekali dan mesti manfaat!! Selamat datang di Blognya si Voe. ^_^ Salam ukhuwah.

Rabu, 23 Maret 2011

Curhat Anak FISIP

“Salah satu pilar-pilar kebangkitan umat “Kejayaan Islam” ialah menguasai konsep-teori. Dimana ilmu-ilmu sosial rujukannya adalah Al-Qur’an dan Hadist.” (Ust. Bowo Trustco)

Itulah petikan kalimat yang diucapkan oleh Pak Bowo, trainer kelahiran 1960’an ini saat menjadi pembicara di Dauroh Murobbi yang diadakan oleh LDF MGC Pertanian. Point pilar ini membuatku tersentak dan membuka mata. Jika ilmu alamiah itu rujukannya Al-Qur’an dan Hadist, dan memiliki point-point ayat yang sangat banyak. Itu biasa. Namun, untuk ilmu sosial? Sosial itu abstrak dan berubah.

Kata-kata itu melucuti kembali semangat dakwahku di LDF-ku tercinta, Intellectual Moslem Community (IMC). Ya, bukankah Islam di Fakultas dilihat dari Rohisnya? Teringat akan cerita murobbiahku yang alumni FISIP, bagaimana sesaknya berdakwah di sana. Fitnah, tekanan, cacian, ahk sudah biasa. Tapi, itulah yang membuatku salut dengan mereka. Mereka seperti karang dihempas ombak. Kuat dan kokoh.

Aku sempat mumet dengan beberapa matakuliahku, terutama matakuliah “POLITIK”. Teori-teori yang mengadopsi dari teori-teori Barat menghiasi cerita-cerita dosenku. Belum lagi istilah-istilah mendunia dengan segala isme-ismenya. Kemudian, harus akrab dengan para dewa-dewa politik dan komunikasi, siapa lagi kalau bukan Guru Besar Filsafat, Plato, Aristoteles, Laswel, dll dengan teori-teori mereka.

Kalau bukan cerita dari Murobbiahku yang menyeimbangkannya dengan cerita-cerita politik Rosul, mungkin sudah tergila-gila aku dibuat oleh Aristoteles dan dewa komunikasi abad 20. Politik dan Komunikasi ala Rosulullah benar-benar memikat hatiku. Tidak njelimet, ribet dan sangat mudah dipahami walau susah dipraktekkan. Politik persfektif Khalifah Khilafah Islamiyah. Luar biasa. Luar biasa. Betapa mereka telah memberikan contoh (praktek) yang nyata tanpa banyak teori. Teori sejatinya Cuma satu, “Ridho Allah dan Jannah.” Rasulullah dan para sahabat telah memberikan contoh nyata bagaimana berpolitik yang benar, berhukum yang adil, dan berkomunikasi yang efektif.

Bahkan Rasulullah benar-benar membuatku tergila-gila dan pantaslah jika aku menjulukinya, “Komunikator Sejati”. Kata Dosenku yang mengadopsi teori Barat, tak ada orang yang memiliki sahabat lebih dari 4 orang, jika pun ada yang benar-benar akrab paling Cuma dua orang. Namun, 14 abad yang lalu, saat ditanya, siapakah orang yang paling dekat dengan Rasulullah, semuanya mengaku sebagai sahabat terdekat Rasulullah, tanpa terkecuali. Ya Robb, kisah ini benar-benar membuat bulu kudukku merinding. Ternyata, hanya beliau yang memiliki sahabat yang suaangaaat banyaak!!!

Belum lagi kisah pemuda usia 25 tahun, seorang buta huruf namun menjadi pengusaha sukses di wilayahnya. Yang tak kalah hebatnya, mahar untuk istrinya saja 20 ekor Onta. Uugh!!! Kereen Jiddan ey!!! Beliau benar-benar membuatku terpesona dengan komunikasi Bisnisnya, baik dalam organisasi dan lintas budaya. Pesonanya benar-benar berbinar hingga saat ini. Dan hingga sekarang, belum ketemukan seorang ahli komunikasi bisnis pun yang mampu menyayingi Rasulullah saw. So sweet.

Hmm... Tantangan ini sungguh berat, dan kuminta Allah untuk memberi kekuatan untuk mengecilkannya. FISIP adalah medan yang luar biasa. Ya Allah, mayoritas dari mereka beragama Islam. Mereka adalah orang-orang Sosial dan Politik. Tetapi, tingkahnya bukan seperti orang sosial dan politik yang muslim. Tak sanggup aku membayangkan bagaimana Indonesia ini akan dibawa jika orang-orangnya seperti itu menjadi pemimpin. Meremehkan dakwah, tak menghargai orang lain, melecehkan takbir, korupsi dana kegiatan, dll.

Ya Allah, betapa aku mencita-citakan konsep dan teori yang kami pelajari di kampus ini adalah konsep dan teori yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadis. Betapa kami mengharapkan dosen-dosen yang mengajar adalah mereka yang meng-idolakan Rasulullah bukan yang mendewakan para Aristoteles.

Jalan ini masih panjang. Saatnya membenari diri, orang-orang disekitar, hingga lingkungan. Maka, Insya Allah kita bisa mengubah dunia. Insya Allah, BISA. BISA. BISA.


*dengan doa dan air mata
*Ya Allah, aku memohon Ampun atas dosa-dosa yang telah kuperbuat selama ini.
*Betapa aku ingin pilar-pilar kebangkitan Umat ini berawal dari sebuah lembaga dakwah kecil “IMC” yang kemudian meluas di FISIP UNIB lalu meluas ke UNIB dan akhirnya dunia.

Sabtu, 19 Maret 2011

Tarbiyah:: Curhat Seorang Dinda


Seorang binaanku membisikkan suaranya ke telingaku, meminta agar aku meluangkan waktu barang sejenak untuk menemaninya pasca liqoat. Aku menangkap wajahnya dalam kepucatan. Aku mulai mengerti, ini pasti ada hubungannya dengan materi yang kusampaikan hari ini. Mengenai, Tauhid. Dan ujung-ujung menyerembet ke hati yang menduakan Allah.

Aku membaca air mukanya, kesedihan dan penyesalan luar biasa terpancar dari wajahnya. “Mbak, ana pacaran.” Katanya menunduk.

Minggu, 06 Maret 2011

Sahabat, Ku TUnggu Kau di Stasiun UI

Kapan Voe ke Jakarta?
Aku gak sedih lagi, kalau kamu ke Jakarta!
Ntar ana antar ke kuliner di Jakarta, deh.


Itulah tiga potong kalimat yang menjadi salah satu motivasiku kenapa harus ke Jakarta. Menemui sobat dunia mayaku yang kukenal lebih dari setahun yang lalu lewat Facebook.

Komunikasi kita berlanjut via SMS. Entah kenapa awal perkenalan via dunia maya dan SMS membuatku ingin sekali menjumpaimu.

Allah Maha Besar, Allah memberi rezeki dari arah yang tak diduga. Subhanallah, Allah memberiku peluang ke Jakarta untuk mewakili Kopma kampusku lomba di Universitas Indonesia, Depok. Salah satu keinginanku akan terkabul, berjumpa denganmu, Ndah.

Sehari sebelum berangkat, aku membeli soevenir khas Bengkulu dan makanan khas Bengkulu. Aku membeli manisan terong, anak tat, dan pisang salay dari Bengkulu. Ku susun rapi makanan itu dan ku beri bungkus berwarna putih.

Sengaja aku datang lebih cepat ke Jakarta, untuk mengikuti agenda Salam UI "10 jam 10 juz", dan aku harap kau datang saat itu. Dan kau bilang padaku, kalau kau akan datang, walau tak mengikuti agenda hingga selesai. Kusiapkan semua bingkisan untukmu di dalam tas ranselku. Namun, aku mengerti, kau seorang aktivis, ada agenda penting dan mendesak yang membuatmu tak datang pada hari itu. Tapi, harapan itu tetap ada, aku bisa menjumpaimu esok harinya, saat aku bermalam di Depok. ^,^

Hari Rabu, seusai perlombaan, kau mengajakku untuk iftor bareng besoknya di hari Kamis via SMS. Alhamdulillah, ada makanan dari teman satu timku yang belum di makan malam itu, jadi aku bisa makan sahur agar bisa puasa. Dan aku sangat senang membayangkan kita pergi ke Detos untuk iftor jama'i. Kita saling sepakat untuk bertemu di stasiun UI, padahal aku tak tahu jalan menuju stasiun UI. Namun, aku tetap ingin menjumpaimu. Tentu ini akan menjadi pelipur kekecewaanku akan hasil perlombaanku. Namun, Allah maha Bijaksana, Allah menurunkan hujan di saat kita akan pergi bersama. Akhirnya, aku berbuka sendiri dengan susu kotak kemarin sore.

Hmmm...

Jum'at pagi, hari terakhirku berada di Depok. Aku keliling UI dan kau meneleponku. Ku katakan, "Jangan sampai kita gak ketemu." Dan kau jawab, "Iya, padahal kita sudah dekat". Jum'at sore seharusnya aku dan timku sudah kembali ke Bengkulu, namun ku bujuk mereka untuk menambah satu hari lagi di Jakarta, agar bisa jalan-jalan besoknya.

Sabtu, tak kudengar kabar darimu. Aku menginap di penginapan wilayah Jakarta Timur. Pukul 09.58 wib., kau meng-SMS-ku untuk mengajak bertemu ba'da dzuhur nanti siang. Hati ku menangis ketika itu juga. Tak terasa air mataku juga jatuh. Hp kupegang lemas, dan kukatakan bahwa jam 10.00 aku sudah pulang ke Bengkulu dan saat itu aku sudah berada di atas kendaraan yang siap melaju ke Bengkulu.

Aku lihat bingkisan putih yang hanya berisi dua jenis makanan lagi. Aku tak mau membawanya kembali ke Bengkulu, bingkisan ini harus ada yang mengambilnya. Semenit sebelum berangkat, aku turun menuju loket menitipkan bingkisan itu untuk seseorang agar diambil. Di tengah perjalanan, aku bahagia, akhirnya bingkisan itu tidak kembali lagi ke Bengkulu. Alhamdulillah ada yang mengambilnya.

Di kampus pagi ini, dua hari sepulang dari Jakarta, aku membuka kantong ransel. Di dalamnya ada sovenir gantungan khas Bengkulu yang ingin kuberikan pada Indah. Masya Allah, timbul kesedihan lagi dalam hatiku. Sovenir ini belum sampai ke tanganmu. Allah belum mempertemukan kita.

Entah sebulan, setahun atau mungkin kita tidak akan pernah bertemu. Tapi, satu hal. Terima kasih telah memotivasiku hingga sejauh ini. Ndha, aku bisa lihat monas dengan dekat, aku bisa jama'ah di masjid Istiqlal Jakarta, dan aku bisa bermalam di Depok, tentu saja, ini tak lepas dari motivasimu. Menjadi temanmu adalah indah. Syukron sahabat. Selanjutnya, tunggu aku di stasiun UI.

Voe Khadijah

Sabtu, 05 Maret 2011

Jangan Meremehkan Tuhan


Saat pengabdian masyarakat di Benteng, adek bontot ane ikutan. Bukan karena dia anak kecil yang sedikit-sedikit pengen ikut kalau ane pergi (itu sih kisaran 10 tahun lalu). Sekarang dia udah menjelma sebagai seorang remaja laki-laki dan sekarang berperan sebagai supir ane. Hihihi. 

Terkadang, walau Mas (panggilannya) menyebalkan, tapi banyak kata-katanya yang menginspirasi ane. Contohnya tatkala, kami berdua duduk saat penyuluhan siang itu.

“Mas, do’akan Inga yo, biar bisniss plan inga masuk 10 besar.” Ana bener-bener berharap bisniss plan ana kali ini bisa masuk 10 besar. Walau tanpa pembimbing, kami ingin membuktikan bahwa kami pun bisa.

“Jangan meremehkan Tuhan.” Katanya singkat.

“Heh?” Ane tercengang dibuatnya. Minta do’akan dibilang meremehkan. Maunya apa coba?!

“Iya, Kenapa mesti minta 10 besar? Kenapa tidak langsung minta jadi jawara? Kalau sudah minta jadi jawara satu, pasti masuk 10 besar. Atau kalaupun tidak masuk 10 besar ada yang lebih baik bagi Allah untuk menentukan tadirnya.” Dia menjawab keherananku. Kemudian kembali melanjutkan, “Mudah bagi Allah untuk membuat kita sebagai pemenang, jadi jangan minta 10 besar. Mintalah sebagai pemenang atau sebagai juara 1. Hmm. Soalnya kalau minta 10 besar, kesannya Allah Cuma bisa ngasih segitu.” Walau njelimet. Ane ngerti isi dari penjelasannya.

“Nyontek dimana?” Tanyaku heran.

“Mario Teguh.” Jawabnya singkat.

Tuuuuh kan?! Apa gue bilang. Pasti dia nyontek nih kata2. Hehe. But, benar banget. Mintalah sebagai pemenang. Walau gak bener2 menang di perlombaan, tapi menang di tempat luar biasa yang Allah takdirkan. Karena Allah akan selalu memberi yang terbaik buat hamba-Nya.

Seminggu kemudian, aku harus menerima kenyataan ditolaknya BP-ku. Luar biasa! Mungkin memang bukan disini tempatnya.

Seminggu setelah pengumuman, seorang dosen menjelma sebagai seorang investor yang seolah-olah siap membantu mewujudkan BP kami. Saatnya bergerak di ekonomi!!

Subhanallah, ada2 saja jalan Allah untuk menyenangkan hati hamba-Nya.


5-3-2011














(Foto adek bujangku.)